daulat umayah

Daulat Umayah di Damaskus Tugas ini disusun Guna Memenuhi Mata Kuliah Sejarah Kebudayaan Islam Dosen pengampu : Nafilah Abdullah Di susun oleh : Nur Arifin (12540058 ) Addi Arifianto (12540049) Dian Ike Putri (12540055) Bayu Segara Hidayat (12540054) FAKULTAS USHULUDDIN STUDI AGAMA DAN PEMIKIRAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2013 KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Marilah kita panjatkan puji syukur alhamdulilah bahwasannya atas rahmat Allah SWT sehingga penulis senantiasa bisa menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu dan alhamdulillah bisa berjalan dengan lancar. Semoga makalah ini bermanfaat baik bagi penulis maupun pembaca.Makalah ini walaupun ringkas tetapi mengandung ajaran yang mendasar dan memberi gambaran yang luas yaitu tentang sejarah ibnu umayyah ,Mebicarakan perjalanan sejarah kebudayaan islam yang pertama kali pasti di awali oleh sejarah nabi besar Muhammad SAW, karena star mula agama islam yaitu di perkenalkan , mengajarkan agama , membentuk umat dan membentuk negara yang akan di labeli dengan islam oleh beliau yaitu: nabi Agung Muhammad SAW, kemudian tak lepas kalo belajar sejarah kebudayaan islam itu pasti membahas atau mengupas sejarah tentang sahabat nabi atau khulafah rosyiddin yang berjumlah empat yaitu: Abu Bakar Assiddiq, Umar bin Khotob,Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib yang melanjutkan tugas suci yang telah di wariskan oleh nabi Muhammad SAW. Penulis mengakui bahwa makalah ini masih banyak kekurangan – kekurangan, sekalipun belum sempurna, mudah-mudahan dapat mempermudah pembaca dalam memahami isi makalah ini. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belakangan ini banyak sekali para pelajar SD, SMP,SMA bahkan tak sedikit MAHASISWA itu yang tidak memahami secara detail mengenai sejarah kebudayaan islam khususnya sejarah daulat umayyah di Damaskus. Pekembangan zaman moderen seperti ini yang serba cangih ,tetapi dalam Perkembangan zaman modern menuju post modern sekarang ini telah banyak meracuni akhlak dan etika mahasiswa, dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi telah diiringi juga dengan tingkah para mahasiswa yang banyak tidak mengenal sejarah kebudayaan islam , seperti misalnya di pehatikan tingkah mahasiswa yang banyak di tanya oleh kalangan orang awam terhadap hal yang sebenarnya bisa di jawab oleh seorang pelajar dengan pembicaraan secara hormat. Oleh karena itu kiranya sangat menarik jika dalam makalah ini penulis beri judul: “DAULAT UMAYYAH DI DAMASKUS” yang akan menjelaskan atau memaparkar sedikit wawasan yang telah di baca dari buku . B. RUMUSAN MASALAH a. Seberapa luas kekuasaanya daulat umayyah. b. Prestasi apa saja yang telah di ukir oleh daulat umayah. c. Bagaimana dinamika peradapan pada masa daulat umayyah. C. TUJUAN PEMBAHASAN Dalam pembahasan sejarah ini yaitu: sesuatu yang di bicarakan hal-hal yang lampau dan banyak sekali orang-orang zaman sekarang yang belum pernah menyentuh atau dengar sedikit tentang sejarah islam khususnya sejarah daulat umayyah di damaskus maka dari itu penulis menulis sedikit goresan yang telah di baca dari buku-buku , sehingga bisa menjadi wahana untuk mengetahui sedikit pengetahuan tentang sejarah islam itu sendiri. BAB II PEMBAHASAN a) Peradapan Islam pada Masa Daulat Umayah Dengan berakhirnya kekuasaan khalifah Ali ibnu Abi Thalib, maka lahirlah kekuasan bani Umayyah. Pada periode Ali dan Khalifah sebelumnya, pola kepemimpinan masih mengikuti keteladanan Nabi. Para khalifah dipilih melalui proses musyawarah. Ketika mereka menghadapi kesulitan-kesulitan, maka mereka mengambil kebijakan langsung melalui musyawarah dengan para pembesar yang lainnya, Hal ini berbeda dengan masa khulafaur rasyidin atau masa dinasti-dinasti yang berkembang sesudahnya, yang dimulai pada masa dinasti bani Umayyah. Adapun bentuk pemerintahannya adalah berbentuk kerajaan, kekuasaan bersifat feudal (penguasaan tanah/daerah/wilayah, atau turun menurun). Faktor yang menyebabkan kurang pesatnya perkembangan ilmu-ilmu pada zaman ini salah satunya adalah faktor pemerintahan bani umayyah yang lebih mengutamakan pada pembangunan kekuatan pemerintahan/ politik yang cendrung otoriter. Umayyah berkuasa kurang lebih selama 90 tahun. Reformasi cukup banyak terjadi, terkait pada bidang pengembangan dan kemajuan pendidikan Islam. Perkembangan ilmu tidak hanya dalam bidang agama semata melainkan juga dalam aspek teknologinya. Sementara sistem pendidikan masih sama ketika Rasul dan khulafaur rasyidin, yang pelaksanaannya berpusat di masjid .Muawiyyah ibn Abi Soufyan adalah pembangun daulat umayyah (661-750 M ) dan menjabat pemimpin pertama (661-681 M ) dari daulat dinasti tersebut, dengan memindahkan ibukota dari madinah al munawwarah kekota damaskus dalam wilayah suriah. Muawiyyah lahir empat tahun menjelang nabi muhammad menjalankan dakwah di kota mekah pada tahun 610 M. Ia beriman di kota mekah dalam usia masih muda dan turut hijrah ke yastrib (madinah).ia menjabad seorang sekertaris dari muhammad (570-632 M) bagi mencatat setiap ayat-ayat suci yang turun, baik di mekah maupun di madinah. Ia turut dalam berbagai medan peperangan pada masa nabi muhammad dan bahkan pernah berhadapan dengan ayah kandungnya sendiri dan sudara saudaranya yang belum beriman . tetapi ahirnya ayah ibu dan saudara saudaranya itu beriman di sekitar tahun 631 M sewaktu pasukan islam berhasil menguasai kota mekah lalu kekuasaan islam membentang ke seluruh semenanjung arabia menjelang nabi muhammad wafat tahun 632 M. b) DINAMIKA PERADABAN ISLAM PADA MASA BANI UMAYAH DI DAMASKUS Dinasti bani umayyah merupakan dinasti islam pertama yang didirikan oleh muawiyah bin abi sufyan pada tahun 41 H/ 661 M. Berdirinya dinasti ini mengalami proses perjalanan yang cukup panjang, sejak dari keinginan muawiyah bin Abi Sufyan menjadi gubernur di Damaskus hingga ia memperoleh kekuasaan dari al-Hasan bin Ali. Selama masa pemerintahan dinasti ini, banyak perkembangan yang terjadi di dalam dunia islam mulai dari perkembangan politik pemerintahan, ekspansi wilayah, kemajuan ilmu pengetahuan agama dan lain-lainnya. Bani Umayyah atau Kekhalifahan Umayyah, adalah kekhalifahan Islam pertama setelah masa Khulafaur Rasyidin yang memerintah dari 661 sampai 750 di Jazirah Arab dan sekitarnya. Nama dinasti ini diambil dari nama tokoh Umayyah bin ‘Abd asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani Umayyah, yaitu Muawiyah I. Secara garis keturunan bani umayah memiliki hubungan darah dengan Nabi Muhammad saw. Karena keduanya merupakan keturunan Abdi Manaf. Anak Abdi Manaf yaitu Abdi Syam dan Hasyim menjadi tokoh dan pemimpin pada dua kabilah dari suku quraisy. Anak Abdi Syam yang bernama umayah termasuk salah seorang dari pemimpin dari kabilah Quraisy di zaman jahiliah. Keduanya senantiasa bersaing untuk merebut pengaruh dan kehormatan dari kota makkah. Dalam setiap bersaing, ternyata umayah selalu menjadi yang unggul. Karena umayah berasal dari bangsa bangsawan yang mempunyai harta kekayaan yang cukup melimpah. Selain itu ia mimang mempunyai banyak keturunan, dan memiliki potensi yang besar untuk menjadi pemimpin. Ekspansi yang terhenti pada masa khalifah Utsman Ibn Affan dan Ali Ibn Abi Thalib dilanjutkan kembali oleh daulah ini. Di zaman Muawiyah Ibn Abu Sufyan, Tunisia dapat ditaklukkan. Dan pada akhirnya sampailah kepada dimana dinasti Bani Umayyah berhasil mengokohkan kekhilafahan di Damascus, masa dinasti Bani umayyah berkisar sekitar selama 90 tahun (661-750). Dimana saat itu terjadi Pemindahan pusat pemerintahan dari Madinah ke Damaskus menandai era baru. Daulah Bani Umayyah mempunyai peranan penting dalam perkembangan masyarakat di bidang politik, ekonomi dan sosial. Hal ini didukung oleh pengalaman politik Mu`awiyah sebagai bapak pendiri daulah tersebut yang telah mampu mengendalikan situasi dan menepis berbagai anggapan miring tentang pemerintahannya. Muawiyah bin Abu sufyan adalah seorang politisi handal di mana pengalaman politiknya sebagai gubernur Syam pada masa khalifah Utsman bin Affan cukup mengantar dirinya mampu mengambil alih kekuasaan dari genggaman keluarga Ali bin Abi Thalib. Pada periode klasik baru pertama - masa kemajuan – (650-1000M), wilayah kekuasaan Islam meluas melalui Afrika Utara (Aljazair dan Maroko) sampai ke Spanyol di Barat. Spanyol adalah nama baru bagi Andalusia zaman dahulu. Nama Andalusia berasal dari suku yang menaklukkan Eropa Barat di masa lalu sebelum bangsa Goth dan Arab (Islam). Spanyol diduduki umat Islam pada zaman Khalifah Al-Walid (705-715M), salah seorang Khalifah dari Dinasti Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Ada tiga nama yang sering disebut berjasa dalam penaklukan Spanyol, yaitu Musa bin Nushair, Tharif bin Malik dan Thariq bin Ziyad. Dari ketiga nama tersebut, nama terakhirlah yang sering disebut paling terkenal, karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian suku Barbar (muslim dari Afrika Utara) yang didukung Musa bin Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim Al-Walid. Pasukannya yang berjumlah 7000 orang menyeberang selat di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad. Tentara Spanyol di bawah pimpinan Raja Roderick dapat ditaklukkan. Cordova jatuh pada tahun 711 M. dari sana, wilayah-wilayah Spanyol, seperti Toledo, Sevilla, Malaga, dan Granada dapat dikuasai dengan mudah. Sukses Thariq bin Ziyad di masa Al-Walid (Daulat Umayyah-Damaskus) diikuti oleh Abd Al-Rahman Al-Dakhil (penguasa pertama Daulat Umayyah-Spanyol), yang berusaha menata sistem pemerintahan. Ia melihat masyarakat Spanyol adalah masyarakat heterogen, baik berdasarkan strata sosial, suku, ras, maupun agama. Dia memiliki tentara yang terorganisir dengan baik yang jumlahnya tidak kurang dari 40.000 tentara bayaran Barbar dan juga membangun angkatan laut yang kuat. Gebrakan lain yang dilakukannya adalah mendirikan mesjid agung Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar di Spanyol, dari sinilah berawalnya pendidikan islam di spanyol dalam masa pemerintahan bani umayah Meskipun keberhasilan dicapai oleh daulah ini, namun tidak berarti bahwa politik dalam negeri dapat dianggap stabil. Karena Muawiyah dianggap tidak mentaati isi perjanjiannya dengan al-Hasan bin Ali ketika dia naik tahta, yang menyebutkan bahwa persoalan penggantian pemimpin setelah Muawiyah diserahkan kepada pemilihan umat Islam. Deklarasi pengangkatan anaknya Yazid sebagai putera mahkota menyebabkan munculnya gerakan-gerakan oposisi di kalangan rakyat yang mengakibatkan terjadinya perang saudara beberapa kali dan berkelanjutan. Ketika Yazid naik tahta, sejumlah tokoh terkemuka di Madinah tidak mau menyatakan setia kepadanya. Yazid kemudian mengirim surat kepada gubernur Madinah, memintanya untuk memaksa penduduk mengambil sumpah setia kepadanya. Dengan cara ini, semua orang terpaksa tunduk, kecuali Husein ibn Ali dan Abdulah Ibn Zubair Ibnul Awwam. Bersamaan dengan itu, kaum Syi’ah ( para pengikut Ali) melakukan konsolidasi (penggabungan) kekuatan kembali. Perlawanan terhadap Bani Umayyah dimulai oleh al-Husein ibn Ali . Pada tahun 680 M, ia berangkat dari Mekkah ke Kufah atas tipu daya golongan Syi’ah yang ada di Irak. Ummat Islam di daerah ini tidak mengakui Yazid. Mereka berusaha menghasut dan mengangkat al-Husein sebagai khalifah. Dalam pertempuran yang tidak seimbang di Karballa, sebuah daerah di dekat Kufah, tentara dan seluruh keluarga Husein kalah dan al-Husein sendiri mati terbunuh. Kepalanya dipenggal dan dikirim ke Damaskus, sedangkan tubuhnya dikubur di Karballa. Dan terus berlanjut. c) Edukasi pada Masa Daulat Umayyah Pendidikan pada masa ini di damaskus, kufah, barsah, dan ditambah dengan pusat-pusat baru seperti kordofa, Granada, spanyol, dan lain sebagainya. Islam telah mencatat lembaran peradapan dan ilmu pengetahuan sangat brilian dalam bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyebrangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad XII. Pada masa ini banyak materi-materi yang berkembang dalam ilmu pengetahuan diantaranya: 1. Ilmu Qiraat, yaitu ilmu cara membaca Al-Qur’an. Orang yang pandai membaca Al-Qur’an disebut Qurra. Dan pada zaman ini pula yang memunculkan tujuh macam bacaan Al-Qur’an yang dikenal dengan “Qiraat tujuh” yang kemudian ditetapkan menjadi sebagai dasar bacaan (Ushulul Lil Qira’ah). Para pelopor bacaan ini terdiri dari kaum malawy diataranya: Abdullah Bin Katsir, Ashim Bin Abu Nujud, Abdullah Bin Amir, Ali Bin Hamzah, dan lain sebagainya. 2. Ilmu Tafsir, yaitu ilmu yang berusaha untuk memberikan penafsiran terhadap penjelasan ayat-ayat Al-Qur’an dengan tujuan untuk menghasilkan hukum undang-undang. Ahli tafsir yang pertama yaitu ibnu abbas, seorang sahabat yang terkenal pada masanya, beliau wafat pada tahun 68 H. menurut riwayat yang mutaawatir beliau merupakan orang yang pertama menafsirkan Al-Qur’an dengan cara riwayat dan isnad. Namun selain itu ada juga ahli tafsir yang lain, diantaranya: mujahid yang wafat pada tahun 109 H. dan ulama’ syi’ah yaitu Muhammad Al-baqir bin Ali Bin Husain. 3. Ilmu Hadist yaitu ilmu yang membantu untuk memahami ayat-ayat Al-Qur’an. Karena terdapat banyak hadist maka timbullah usaha untuk mencari riwayat dan sanad hadist yang akhirnya menjadi ilmu hadist dengan segala cabang-cabangnya. 4. Ilmu Nahwu, yaitu ilmu tentang perubahan bunyi pada ayat-ayat yang terdapat pada Al-Qur’an. Pengarang ilmu nahwu yang pertama dan membukukannya seperti halnya yang ada pada sekarang ialah Abu Aswad Ad-Dauly (W. 69 H). beliau belajar dari Ali Bin Abi Tholib, segingga ada salah satu ahli sejarah yang mengatakan bahwa Ali Bin Abi Tholib adalah bapak Ilmu Nahwu. 5. Dan masih banyak lagi ilmu-ilmu yang berkembang pada masa dinasti bani umayyah, seperti ilmu bintang/astronomi, ilmu kedokteran, dan lain sebagainya. 6. Imu fiqih d) Kondisi Sosial, Politik dan Budaya Pada Masa Dinasti Umayah Damaskus Perkembangan sosial, politik dan budaya pada masa Dinasti Umayah tidak akan terlepas dari peristiwa terbunuhnya Utsman Ibn Affan dan berbagai macam fitnah kepada umat Islam, sehingga muncullah firqah-firqah dalam Islam saat itu, yang berusaha menduduki kekuasaan dan menjabat sebagai khalifah, yang dimenangkan oleh pihak Muawiyah Ibn Sufyan. Memasuki masa kekuasaan Muawiyah yang menjadi awal kekuasaan Bani Umayah, Ekspansi yang terhenti pada masa khalifah Utsman Ibn Affan dan Ali Ibn Abi Thalib, dilanjutkan kembali oleh dinasti ini, sehingga daerah kekuasaan Dinasti Umayah sangatlah luas, baik di timur maupun barat. Daerah-daerah itu meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syiria, Palestina, Jazira Arabia, Irak, sebagian Asia Kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan, Purkmenia, Uzbek dan Kirgis di Asia Tengah. Selain itu, Bani Umayah juga banyak berjasa dalam pembangunan di berbagai bidang. Di antaranya dengan didirikannya dinas pos dan tempat-tempat tertentu oleh Muawiyah e) Tokoh-tokoh Pendidikan Pada Masa Dinasti Umayah di Damaskus Tokoh-tokoh pendidikan pada masa Bani Umayyah terdiri dari ulama-ulama yang menguasai bidangnya masing-masing, seperti dalam bidang tafsir, hadist, dan Fiqh. Selain para ulama juga ada ahli bahasa/ sastra. Ulama-ulama tabi’in ahli tafsir, yaitu: Mujahid, ‘Athak Ibn Abu Rabah, ‘Ikrimah, Sa’id Ibn Jubair, Masruq Ibn Al-Ajda’, dan Qatadah. f) Lembaga-lembaga Pada Masa Dinasti Umayah di Damaskus teratur diikuti oleh ulama-ulama yang turut bersama-sama tentara Islam. Pusat pendidikan telah tersebar di kota-kota besar. Di antaranya ialah di kota Mekkah dan Madinah (Hijaz), di kota Basrah dan Kufah (Irak), di kota Damsyik dan Palestina (Syam), di kota Fistat (Mesir). Sedangkan madrasah-madrasah yang ada pada masa Bani Umayyah adalah sebagai berikut: 1. Madrasah Mekkah. Guru pertama yang mengajar di Makkah, sesudah fathul makkah, ialah Mu’az bin Jabal yang mengajarkan Al-Qur’an dan mana yang halal dan haram dalam Islam. Pada masa khalifah Abdul Malik bin Marwan, Abdullah bin Abbas pergi ke Mekkah, lalu mengajar di Masjidil Haram. Beliau mengajarkan tafsir, fiqh dan sastra. Abdullah bin Abbas membangun madrasah di Mekkah, yang termasyur seluruh negeri Islam. 2. Madrasah Madinah. Madrasah Madinah lebih termasyur dan lebih dalam ilmunya, karena di sanalah tempat tinggal sahabat- Perluasan Daulat Islamiyyah, bukanlah perluasan dengan merobohkan dan menghancurkan, tetapi perluasan dengan sahabat Nabi. Berarti di sana banyak terdapat ulama-ulama terkemuka. 3. Madrasah Basrah. Ulama sahabat yang termasyur di Basrah ialah Abu Musa Al-Asy’ari dan Anas Ibn Malik. Abu Musa Al-Asy’ari adalah ahli fiqih dan ahli hadist, serta ahli Al-Qur’an. Sedangkan Abas Ibn Malik termasyhur dalam ilmu hadis. Al-Hasan Bashri sebagai ahli fiqh, juga ahli pidato dan kisah, ahli fikir dan ahli tasawuf. Beliau bukan saja mengajarkan ilmu-ilmu agama kepada umat, bahkan juga mengajar orang banyak dengan mengadakan kisah-kisah di Masjid Basrah. Hasan al-Bashri dilahirkan pada zaman Khalifah Umar Ibn al-Khathab r.a. dan meninggal pada zaman Hisyam Ibn Abd Malik (dinasti Umayah). Beliau meninggalkan sejumlah kitab yang berharga; akan tetapi di antara karyanya yang dapat dijumpai hingga saat ini – jelas Joesoef Su’yb – adalah hanya dua: Risaalat fii Dzamm al-Qadariyyat dan Kitaab fii Tafsiir al-Qur’aani (Jaih Mubarok, 2004: 69). 4. Madrasah Kufah. Madrasah Ibnu Mas’ud di Kufah melahirkan enam orang ulama besar, yaitu: ‘Al-Qamah, Al-Aswad, Masroq, ‘Ubaidah, Al-Haris Ibn Qais dan ‘Amr Ibn Syurahbil. Mereka itulah yang menggantikan Abdullah Ibn Mas’ud menjadi guru di Kufah. Ulama Kufah, bukan saja belajar kepada Abdullah bin Mas’ud menjadi guru di Kufah. Ulama Kufah, bukan saja belajar kepada Abdullah bin Mas’ud. Bahkan mereka pergi ke Madinah. 5. Madrasah Damsyik (Syam). Setelah negeri Syam (Syria) menjadi sebagian negara Islam dan penduduknya banyak memeluk agama Islam. Maka negeri Syam menjadi perhatian para Khilafah. Madrasah itu melahirkan imam penduduk Syam, yaitu Abdurrahman Al-Auza’iy yang sederajat ilmunya dengan Imam Malik dan Abu Hanafiah. Mazhabnya tersebar di Syam sampai ke Magrib dan Andalusia. Tetapi kemudian mazhabnya itu lenyap, karena besar pengaruh mazhab Syafi’i dan Maliki. 6. Madrasah Fistat (Mesir). Setelah Mesir menjadi negara Islam ia menjadi pusat ilmu-ilmu agama. Ulama yang mula-mula madrasah madrasah di Mesir ialah Abdullah Ibn ‘Amr Ibn Al-‘As, yaitu di Fisfat (Mesir lama). Ia ahli hadis dengan arti kata yang sebenarnya. Karena ia bukan saja menghafal hadis-hadis yang didengarnya dari Nabi S.A.W., melainkan juga dituliskannya dalam buku catatan, sehingga ia tidak lupa atau khilaf meriwayatkan hadis-hadis itu kepada murid-muridnya. Oleh karena itu banyak sahabat dan tabi’in meriwayatkan hadis-hadis dari padanya. Karena pelajar-pelajar tidak mencukupkan belajar pada seorang ulama di negeri tempat tinggalnya, melainkan mereka melawat ke kota yang lain untuk melanjutkan ilmunya. Pelajar Mesir melawat ke Madinah, pelajar Madinah melawat ke Kufah, pelajar Kufah melawat Syam, pelajar Syam melawat kian kemari dan begitulah seterusnya. Dengan demikian dunia ilmu pengetahuan tersebar seluruh kota-kota di Negara Islam BAB III KESIMPULAN Bani Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abi Sufiyan. Yang kemudian berkembang jadi pesat dalam berbagai bidang. Ilmu-ilmu yang diajarkan pada mula-mulanya adalah dalam keadaan sederhana, yaitu: a. Belajar membaca dan menulis. b. Membaca Al-Qur’an dan menghafalnya. c. Belajar pokok-pokok agama Islam, seperti cara wudhu, shalat, puasa dan sebagainya. Ilmu-ilmu yang diajarkan pada tingkat menengah dan tinggi terdiri dari: a. Al-Qur’an dan tafsirannya. b. Hadis dan mengumpulkannya. c. Fiqh (tasri’). selanjutnya sistem kepemimpinan dilangsungkan dengan cara monorchiheridetis (kerajaan turun menurun) yang berlangsung kurang lebih 90 tahun. Banyak pristiwa penting yang terjadi pada masa itu, diantaranya: deklarasi pengangkatan anaknya Yazid sebagai putra mahkota sehingga menyebabkan munculnya gerakan-gerakan oposisi dikalangan rakyat yang mengakibatkan terjadinya perang saudara yang sering terjadi, bahkan berlanjutan. Sampai menyebabkan terbunuhnya Husein bin Ali di karbala pada masa pemerintahan Yazid bin Muawiyah. Daftar Pusaka Yatim Badri, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiah II, Raja Jakarta: Grafindo Persada, 2003. Armstrong, Karen. Islam Sejarah Singkat. Yogyakarta: Jendela.2003 Prof. K. Ali, Sejarah Islam (Tarikh Modern), (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003),
[ Read More ]

Posted by jeriji semangat 0 komentar»